Powered By Blogger

Selasa, 22 November 2011

Indonesia Tetap di Hati

Indonesia vs Malaysia.

Tema ini sebelumnya telah saya terbitkan di blog saya yg kedua,
http://yohana-sazlila.blogspot.com/

Walaupun akhirnya Indonesia hanya menjadi runner up, tapi Indonesia tetap ngebanggai! 45 menit + 45 menit + babak tambahan (15 menit + 15 menit), total main selama 120 menit tidak menggoyahkan Garuda Muda, mereka mampu main imbang dengan kadal air. Main Komodo lebih baik dari main kadal air, hal ini terbukti dan ditunjukkan dari hasil statistik perbandingan main Indonesia vs Malingsia. Setelah 120 menit berlalu, dilakukan tendangan finalti, dimana Komodo memiliki kesempatan menendang yang sama dengan si kadal. Hasilnya mengecewakan, tapi membuat Indonesia bangga dan terharu atas jeri payah timnas Garuda muda! Komodo, Garuda muda, dan Indonesia tetep di hati!

Kamis, 17 November 2011

Ruang Lingkup Bimbingan

A. Bimbingan sebagai "Bantuan

1. Makna dan Tujuan Pelayanan Bimbingan Konseling

Istilah Bimbingan dan Konseling merupakan terjemahan dari kata Guidance dan Counseling dalam bahasa Inggris, yang berarti:

Guidance: berasal dari kata Guide, yang berarti menunjukkan jalan, memimpin, menuntun, memberikan petunjuk, mengatur, mengarahkan, memberikan nasihat. Counseling: yang dikaitkan dengan kata Counsel, yang diartikan sebagai nasihat, anjuran, pembicaraan, sedangkan counseling diartikan sebagai pemberian nasehat, anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.

Sedangakan istilah Bimbingan dalam bahasa Indonesia berarti memberikan informasi (menyajikan pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengambil suatu keputusan, atau memberitahukan sesuatu sambil memberikan nasihat), selain itu bimbingan berarti mengarahkan, menuntun ke suatu tujuan (tujuan itu mungkin hanya diketahui oleh pihak yang mengarahkan, mungkin perlu diketahui oleh kedua belah pihak). Tujuan dari pelayanan bimbingan adalah untuk mengembangkan kepribadian seoptimal mungkin. Bantuan yang diberikan bersifat psikis atau psikologis.

Terdapat 2 aspek dalam konseling:

· Aspek proses, menunjuk kenyataan bahwa konseli/klien mengalami suatu rangkaian perubahan dalam diri sendiri,yang membawa dia dari saat masalah disadari, diungkapkan dan belum ada penyelesaiannya di saat masalah telah terpecahkan secara memuaskan.

· Aspek pertemuan tatap muka, menunjuk pada periode waktu konseli/klien berhadapan tatap muka dengan konselor serta berwawancara dengan konselor mengenai masalah yang dihadapi.

2. Orang-Orang yang Dilayani

Orang-orang yang dilayani pada bimbingan dapat dilihat dari 2 sudut pandang, yaitu:

· Ruang lingkup pelayanan Bimbingan dan Konseling tidak dibatasi pada golongan, usia atau kepribadian tertentu.

· Kualifikasi pihak yang mendapat pelayanan Bimbingan dan Konseling

B. Bimbingan di Sekolah

Generasi muda dianggap paling banyak mendapatkan bimbingan, hal ini terkait dengan tugas perkembangannya. Adanya pelayanan bimbingan di sekolah memberikan jaminan bahwa setiap peserta didik mendapat perhatian sebagai seorang pribadi yang sedang berkembang serta mendapat bantuan dalam menghadapi semua tantangan, kesulitan dan masalah yang berkaitan dengan perkembangan mereka. Sasaran pelayanan bimbingan di sekolah menyangkut tujuan hidup, tata nilai kehidupan, cita-cita realistis kehidupan terhadap diri sendiri dan lingkungan.

C. Asas-asas Pelayanan Bimbingan di Sekolah

a. Memberikan perhatian pada keseluruhan perkembangan siswa

b. Berdasarkan dunia subjektif masing-masing siswa

c. Kerjasama antara tenaga kependidikan yang membimbing dengan siswa yang dibimbing

d. Berasaskan pengakuan akan martabat akan individu yang dibimbing

e. Mengintegrasikan semua pengetahuan yang berkaitan dengan pemberian bantuan psikologis

f. Dapat dimanfaatkan oleh semua siswa

g. Bercirikan sebagai suatu proses yang berlangsung terus-menerus

D. Kaitan antara Bidang Bimbingan dan Bidang- Bidang yang Lain dalam Pendidikan Sekolah

Sasaran pelayanan bimbingan dan pengintegrasian semua pengalaman hidup seseorang, termasuk pengalaman selama bersekolah. Bidang pengajaran menyajikan sejumlah pengalaman belajar, sedangkan pelayanan bimbingan mengajak siswa untuk berefleksi atas pengalaman belajar. Jadi, bidang bimbingan dan bidang pengajaran sebenarnya dan seharusnya berfungsi dalam pengelolaan satu program kegiatan pendidikan di suatu lembaga pendidikan.


Sumber:
Winkle & Sri Hastuti, 2010: Bimbingan dan Konseling, Media Abadi; Yogyakarta

BAB 4 "TENAGA BIMBINGAN DISEKOLAH"

A. Unsur Personil Bimbingan

1. Menurut Pedoman-Pedoman Resmi

Menurut kurikulum sekolah dasar 1975, pedoman bimbingan dan penyuluhan buku III C disebutkan kepala sekolah, guru kelas dan penyuluhan pendidikan.

Menurut kurikulum sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas 1976, pedoman bimbingan dan penyuluhan buku III C disebutkan kepala sekolah, penyuluh pendidikan, guru penyuluh atau wali kelas, guru dan petugas administrasi.

Menurut buku pengamtar kurikulum SMA 1984 disebutkan kepala sekolah, koordinator bimbingan dan penyuluhan atau konselor, guru bimbingan dan penyuluhan, wali kelas, guru mata pelajaran, orang tua siswa, pejabat dan tokoh masyarakat.

Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional dan dalam peraturan pemerintah nomor 30 tahun 1990 tidak ditemukan ulasan khusus tentang kedudukan, tugas, dan wewenang seorang konselor di perguruan tinggi.

2. Menurut Literaut Profesional dalam Bahasa Inggris

Ditegaskan bahwa tanggung jawab jajaran tenaga bimbingan sangat bergantung pada taraf keterlibatan dan sifat tugas mereka dalam rangka pelayanan bimbingan. Berdasarkan kedua patokan itu dibedakan antara 3 kelompok personil bimbingan yaitu:

a. Tenaga bimbingan utama yaitu konselor sekolah, tenaga profesional, dan guru.

b. Tenaga administrasi bimbingan atau yang memegang suatu fungsi pimpinan.

c. Tenaga yang menunjang.

Pelayanan bimbingan harus fleksibel dan sesuai dengan kebutuhan di lingkungan masing-masing institusi pendidikan. Harus dihindari dua ekstrem, yaitu disatu pihak berpegang pada deretan prinsip teoritis secra kaku, yang ternyata tidak sesuai dengan keadaan dilapangan dan dilain pihak mencampur adukkan serta mengaburkan beberapa kedudukan dan tugas khas demi pertimbangan opportunistis belaka.

3. Klasifikasi Personil Bimbingan

Dalam buku ini dipegang klasifikasi tenaga-tenaga bimbingan menurut taraf keahlian dalam menangani pelayanan bimbingan di lembaga pendidikan sekolah. Klasifikasi ini pada umumnya sekaligus menyatakan taraf keterlibatan dalam pelayanan bimbingan.

a. Konselor sekolah yaitu tenaga profesional yang mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan pendidikan (full time guidance conselor).

b. Guru pembimbing atau guru konselor, yaitu seorang guru yang disamping mengajar disalah satu bidang studi, terlihat juga dalam rangkaian pelayanan bimbingan termasuk layanan konseling.

c. Guru yaitu tenaga pengajar yang melibatkan diri dalam pelayanan bimbingan.

d. Sumber tenaga penunjang, yaitu tenaga spesialis seperti psikolog klinis, psikiater, ahli psikometri dan dokter; tenaga pembantu administrasi/ tata usaha; tenaga nara sumber seperti tokoh masyarakat dan orang tua.

B. Pendidikan Konselor Sekolah

1. Pendidikan Akademik

Sejak tahun 1992 progrma pendidikan akademik bagi konselor sekolah pada IKIP negeri adalah program studi bimbingan dan konseling. Program ini merupakan hasil peninjauan kembali terhadap program kegiatan studi yang ditetapkan dalam kurikulum inti pendidikan tenaga pendidik yang terbit pada tahun 1982.

Menurut Schmidt dalam bukunya, Counseling in School (1993) program pendidikan konselor tetap meliputi bidang studi sebagai berikut : dasar teoritis bagi konseling dan praktikum dalam wawancara konseling, dasar perkembangan manusia, prosedur kerja kelompok, penghimpunan dan pengolahan data, perkembangan karir, informasi karir, penelitian, landasan sosial-kultural bagi layanan bimbingan, komunikasi antar pribadi, berbagai isu profesional dan bimbingan di instittusi pendidikan, disertai program pengalaman lapangan.

Kurikulum Pendidikan konselor sekolah di Indonesia bertujuan mencetak tenaga yang memiliki seperangkat kemampuan dasar yang mutlak dibutuhkan lapangan.

2. Perkembangan Kepribadian

Pembahasan tentang ciri-ciri kepribadian yang mempengaruhi efektivitas pekerjaan seorang konselor sekolah berkaitan erat dengan tinjauan terhadap peranan kepribadian konselor dalam memberikan layanan konseling. Belkin menyajikan sejumlah kualitas kepribadian dibawah tiga judul, yaitu:

a. Mengenal diri sendiri, konselor harus menyadari keunikannya sendiri, kelemahan dan kelebihannya.

b. Memahami orang lain, kualitas ini menuntut keterbukaan hati dan kebebasan dari cara berpikir yang kaku menurut keyakinan/pandangan pribadi saja.

c. Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

d. Uraian tentang aneka ciri kepribadian konselor yang disajikan diatas tidak mengandung implikasi bahwa hanyalah tipe-tipe kepribadian tertentu yang cocok untuk menjabat sebagai konselor sekolah.

C. Tantangan-Tantangan yang Dihadapi oleh Konselor Sekolah

1. Keadaan di Amerika Serkat

Pembahasan tantangan-tantangan bagi tenaga bimbingan profesional di lembaga pendidikan dalam literatur profesional yang terbit di Amerika Serikat, biasanya dikaitkan dengan uraian tentang tugas dan peranan tenaga bimbingan, serta sebagai konflik yang dapat timbul mengenai peranannya disekolah.

Dikemukakan sejumlah konsepsi tentang peranan konselor sekolah yang dapat menimbulkan konflik antara pihak-pihak yang berpegang pada konsepsi itu dengan tenaga bimbingan profesional. Variasi konsep itu adalah :

a. Konselor sekolah seharusnya dilibatkan dalam administrasi pengajaran

b. Konselor harus selalu mendukung pandangan mereka serta membela keputusan mereka, dan tidak menempati posisi yang memungkinkan untuk berkontak dengan siswa-siswi secara leluasa.

c. Konselor dipandang sebagai orang yang sesuai untuk diajak membicarakan masalah akademik dan masalah jabatan.

d. Konselor sekolah membantu mereka dalam meyakinkan dan mendesak siswa untuk memilih program studi tertentu sesuai dengan keinginan orang tua.

e. Kalangan dosen yang menangani pendidikan prajabatan membekali calon-calon konselor dengan tumpukan pandangan tentang peranan mereka di sekolah, serta mengungkapkan harapan-harapan mengenai apa yang sebaiknya dilakukan dan apa yang sebaiknya tidak dilakukan oleh konselor sekolah.

2. Keadaan di Indonesia

Selama dasawarsa 1980-an dan awal 1990-an telah terbit tulisan dalam surat kabar yang berisikan komentar kritis dari pihak tenaga bimbingan sendiri atau pihak orang lain tentang pelayanan bimbingan dijenjang pendidikan menengah di indonesia. Dalam harian kompas, 11 maret 1985, dimuat tulisan dengan judul “konselor sekolah kurang diperhatikan.”

Berdasarkan pertemuan dengan sejumlah konselor sekolah tamatan universitas sanata darma dan isi beberapa makalah yang dibawakan pada konvensi-konvensi ikatan petugas bimbingan Indonesia, serta pengalaman pengarang buku ini selama memberikan pelayana bimbingan di suatu SMA swasta dikota Yogyakarta dapat disusun suatu daftar tantangan dan kesulitan yang kerap dihadapi oleh seorang konselor sekolah dijenjang pendidikan menengah. Tantangan dan kesulitan itu akan dikelompokkan dalam beberapa kategori sebagai berikut :

a. Diri konselor sendiri

b. Pimpinan sekolah

c. Staf guru

d. Para siswa

e. Orang tua

f. Suasana disekolah dan keadaan dunia pendidikan.

g. Berwawasan luas

h. Berpendirian teguh tentang jabatan sebagai profesi.


Sumber:

Winkle & Sri Hastuti, 2010: Bimbingan dan Konseling, Media Abadi; Yogyakarta

Rabu, 16 November 2011

Diskusi Bersama Kak Ganda

Selasa, 15 November 2011 pada jam 15.30 kelas Bimbingan dan Konseling Sekolah kedatangan seorang pembicara (narasumber). Pembicara tersebut biasa dipanggil kak Ganda, ia merupakan kakak senior kami, alumni pertama (S1) psikologi dan ia mengambil gelar profesi psikolognya (S2) di fakultas psikologi USU dengan jurusan profesi psikolog klinis dewasa. Sekarang ia merupakan psikolog di sebuah lembaga pendidikan, yaitu Binus. Banyak informasi baru mengenai bimbingan dan konseling sekolah yang kami dapat dari kehadiran kak Ganda. Kak Ganda bilang “ini bukan merupakan proses perkuliahan, tapi ini hanya share.” Pertemuan pertama dengan kak Ganda, membahas tentang:

1. Pengertian konselor sekolah (BP).

2. Perbedaan psikolog dan BP sebagai konselor sekolah.

3. Peluang kerja konselor sekolah.

4. Kelemahan konselor sekolah saat ini.

Menurut kak Ganda, konselor sekolah atau yang biasa kita kenal dengan istilah BP adalah orang yang mengerti tentang sekolah. Karena menurut kak Ganda, seorang yang profesional harus mengerti definisi bidang yang digeluti. Contoh, kak Ganda bisa dikatakan seorang psikolog, jika ia mengerti apa itu psikolog. Selain itu, seorang konselor adalah seorang yang terlatih.

Menurut kak Ganda, psikolog adalah orang yang terlatih untuk memahami jiwa seseorang, sedangkan BP di zaman sekarang kebanyakan adalah orang-orang yang tidak terlatih di bidangnya, misalnya guru bahasa Jerman menduduki jabatan sebagai konselor sekolah (BP). BP sebanarnya berperan untuk mengarahkan siswa untuk menjadi yang lebih baik. Proses mengarahkan yang dimaksud adalah konseling.

Menurut kak Ganda, konseling bukan proses membantu, tapi mengarahkan, membimbing, atau mengembangkan. Karena jika tujuan konseling membantu, maka klien (siswa) akan ketergantungan dengan konselor sekolahnya tersebut. Pernyataan kak Ganda bahwa konseling bukan proses membantu bertentangan dengan pernyataan/pandangan Shertzer & Stone (1981) yang merumuskan bimbingan sebagai suatu proses membantu orang perorangan untuk memahami dirinya dan lingkungan hidupnya. Menurut saya, membantu yang dimaksud bukanlah membantu siswa secara langsung menunjukan jalan keluar, tapi membantu siswa untuk menemukan jalan keluar dengan mengarahkannya untuk menemukan jawaban jalan keluar sendiri.

Dari uraian di atas, timbul pertanyaan dari rekan saya, yaitu:

1. Bagaimana cara konselor agar siswa menemukan jalan keluar dari masalahnya?

Jawabannya adalah dengan cara terus bertanya sampai siswa mengetahui jawaban atau jalan keluarnya. Menurut kak Ganda, jangan biarkan siswa yang datang untuk konseling pulang dalam keadaan makin bingung atau belum menemukan jawaban.

2. Bagaimana kalau jawaban yang ditemukan oleh siswa tidak sesuai dengan norma?

Jawabannya adalah jangan melanjutkan pertanyaan, tapi beri gambaran terlebih dahulu, sehingga siswa mempertimbangkan jalan keluar atau jawaban yang sesuai dengan norma.

Menurut kak Ganda, bangku konselor sekolah lebih baik diisi dengan sarjana psikologi daripada sarjana jurusan lain. Karena sesuai dengan jurusan, yaitu memahami jiwa seseorang. Menurutnya, sekolah di Medan yang benar-benar menggunakan jasa psikolog hanya 3 sekolah (itu yang baru dijumpainya, ujarnya). Kata kak Ganda “menurut teori, idealnya 1 psikolog/konselor untuk 50 siswa. Tapi kenyataannya, hanya terdapat 3 psikolog/konselor untuk 3.000 siswa di sekolah X di Medan.”

Kelemahan konselor sekolah pada saat ini, yaitu:

1. Sekolah kurang menghargai konselor sekolah.

2. Sekolah merasa rugi untuk membayar konselor yang berkompeten.

3. Menurut mereka (sekolah), mereka tau jalan keluar dari masalah-masalah yang dihadapi oleh anak didiknya.

4. Buat apa konselor, jika SPO (Surat Panggilan Orangtua) bisa mengatasi masalah.

Secara keseluruhan, timbul pertanyaan, yaitu:

1. Sarjana psikologi, jika ingin menjadi konselor sekolah, apakah harus mengambil akta 4?

Jawabannya adalah tidak harus mengambil akta 4, tapi tergantung sekolahnya. Dan kalau mau dapat sertifikasi guru, harus mengambil akta 4.

Saran yang diberikan oleh kak Ganda kepada fakultas psikologi USU adalah fakultas psikologi disarankan untuk mengadakan pelatihan buat mahasiswa mengenai bimbingan dan konseling sekolah, dengan tujuan agar mahasiswa psikologi USU makin terlatih menjadi konselor sekolah.

Kesan saya terhadap kehadiran kak Ganda sebagai narasumber di MK. Bimbingan dan Konseling Sekolah adalah senang. Karena menambah wawasan saya mengenai konseling dan bimbingan sekolah, dan membuat saya terfikir untuk tetap menikmati perkuliahan di bidang pendidikan, walau draf seminar pendidikan tidak terwujud. Hehe ^_^

Diskusi Bersama Kak Ganda