Powered By Blogger

Senin, 16 Januari 2012

Testimoni

Sebenarnya saya ingin membuat testimoni selama menjalani perkuliahan bimbingan dan konseling sekolah tepat pada tanggal 21 Januari 2012, dimana pada tanggal tersebut merupakan hari terakhir menjalani penilaian blog sebagai tugas individu. Namun saya takut terjadi kesalahan baik dari dalam diri saya sendiri (misalnya: sedang malas) ataupun dari faktor luar diri saya (misalnya: sinyal modem sedang tidak bersahabat), sehingga saya memutuskan untuk membuat atau mengisi blog saya dengan judul dan label “testimoni” pada hari ini, Senin, 16 Januari 2012. Baik lah saya akan bercerita tentang perasaan saya, kesan, pesan, ataupun kesimpulan selama belajar mata kuliah bimbingan dan konseling sekolah.

Awalnya, sebelum pengumuman mata kuliah seminar, saya memang benar-benar berminat mengikuti perkuliahan bimbingan dan konseling sekolah karena sejak pertama masuk psikologi saya sangat tertarik dengan departement pendidikan, bukan karena ingin mendapatkan nilai yang baik sehingga dapat menaikkan nilai, bukan karena itu!. Namun nasib berkata lain, saya tidak diterima di departemen pendidikan, hal tersebut mungkin karena saya tidak berkompeten di bidang tersebut. Walaupun demikian, saya tetap mengikuti perkuliahan bimbingan dan konseling sekolah selama satu semester, karena tidak dipungkiri saya memang tertarik dengan dunia pendidikan.

Selama satu semester saya mengikuti perkuliahan bimbingan dan konseling sekolah, yang awalnya diampu oleh bang Midi, dan karena satu hal, mata kuliah bimbingan dan konseling sekolah dialihkan kepada dosen pengampu lainnya, yaitu ibu Filia Dina. Saya mengambil mata kuliah bimbingan dan konseling sekolah bukan karena dosen A ataupun dosen B. Siapapun dosennya, yang penting bagi saya, saya akan menjalani sesuatu yang saya sukai atau yang akan saya sukai.

Awal perkuliahan mata kuliah bimbingan dan konseling sekolah, dimana dosen pengampunya adalah bang Midi, metode yang diterapkan oleh bang Midi adalah diskusi di setiap pertemuan. Hal tersebut yang membuat saya semakin menikmati perkuliahan bimbingan dan konseling sekolah, karena dengan berdiskusi, wawasan saya mengenai bimbingan dan konseling sekolah bertambah setiap minggunya. Namun itu tidak berlangsung lama, saya lupa berapa lama bang Midi mengampu mata kuliah tersebut, sepertinya kurang lebih 4 kali pertemuan. Kemudian digantikan oleh Ibu Filia Dina Anggaraeni, yang menerapkan metode presentasi.

Jujur saja, saya sangat merasakan bosan selama menjalani perkuliahan dengan metode presntasi di mata kuliah bimbingan dan konseling sekolah. Mamang benar, kami yang nantinya akan menjadi konselor, harus lebih banyak mendengar. Namun, di jam 15.00-17.00 WIB merupakan jam-jam rawan (ngantuk dan laper), apalagi saya yang setiap hari Selasa, dari jam 10.00 WIB sampai sebelum jam 15.00 WIB ada kuliah mata kuliah lain sebelum masuk mata kuliah bimbingan dan konseling sekolah.

Ibu Dina sering bertanya kepada kami, namun kami kurang dalam memberikan respon. Maafi kami ya ibu, kami tidak bermaksud untuk tidak menjawab. Seiring berjalannya waktu, metode pembelajaran pun berganti-ganti, presentasi, diskusi, tanya jawab, dan yang paling saya suka adalah pada saat menghadirkan seorang narasumber yang bekerja sebagai psikolog pendidikan. Andai saja setiap mata kuliah dapat mengahadirkan setidaknya satu narasumber setiap semesternya, pasti mahasiswa tidak mengalami kejenuhan atau kebosanan. He he he (pengalaman pribadi banget bu ^_^).

Setelah dihadirkannya narasumber di perkuliahan bimbingan dan konseling sekolah, proses pembelajaran mata kuliah bimbingan dan konseling sekolah pun lebih menarik dan membangkitkan minat belajar kembali. Setelah itu, proses pembelajaran mata kuliah bimbingan dan konseling sekolah lebih banyak dilakukan dengan berdiskusi bersama kelompok. Di salah satu kesempatan, ibu memberi tugas kepada kami agar kami melakukan praktik konseling dimana harus menggunakan teori koseling, dan kelompok saya (Arni, Sari, Una, dan saya sendiri) mendapat kesempatan untuk menggunakan teori konseling Rational Emotive Therapy dan Behavior Therapy.

Kami yang beranggotakan empat orang memutuskan pembagian dimana 2 orang menggunakan teknik RET dan 2 orang lagi menggunakan teknik BT. Kami mengarang kasus, dimana kasus yang kami karang juga merupakan kejadian yang sering dialami oleh individu. Kasus untuk konseling menggunakan teori RET adalah kasus dimana ada seorang siswa kelas 3 SMA bertengkar dengan temannya yang sudah dianggap sahabat, hal tersebut hanya dikarenakan cemburu melihat pacarnya sering mengobrol atau berbicara dengan temannya itu. Anak SMA itu mengira bahwa pacarnya ada apa-apanya dengan temannya, padahal pacarnya sering berbicara kepada temannya dikarenakan pacarnya ingin memberikan surprise di hari ulang tahunnya.

Konseling yang menggunakan teori BT adalah kasus dimana anak kelas 2 SMA sedang mengalami berbagai masalah yang terjadi di dalam rumah, yang mengakibatkan terjadi penurunan nilai yang dialami oleh anak tersebut di sekolahnya. Beruntung saya mendapat bagian sebagai konseli dari konseling yang menggunakan teori RET. Awalnya, saya merasa kesulitan menjani peran sebagai konseli dan Una sebagai konselor di kasus pertama tersebut, karena jujur, peran tersebut ga saya banget gitu. Kalau saya berada di posisi anak pada kasus pertama, saya tidak akan langsung bertengkar, mending saya bicarakan dulu sama teman dan pacar saya. Yang jelas, saya akan mencoba untuk tetap menahan emosi saya, saya tidak akan langsung marah atau menunjukkan emosi negatif kepada semua orang hanya karena hal yang belum jelas dan belum terbukti.

Seminggu kemudian, kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil rekaman konseling yang kami lakukan. Kelompok kami berkesempatan mempresentasikan hasil rekaman konseling yang menggunakan teori BT, yang diperankan oleh Cai dan Odon. Namun berhubung laptop kelompok pada saat itu sedang kehabisan baterai, jadi kelompok menampilkan hasil rekaman dengan menggunakan laptop teman. Ternya hasil rekaman yang kami tampilkan dengan menggunakan laptop teman, tidak mengeluarkan suara dalam proses konseling yang telah kami lakukan, padahal sebanarnya di laptop kelompok saya, hasil rekaman sangat jelas dan suara proses konseling pun terdengar dengan sangat jelas. Kami sadar, kami telah mengecewakan ibu, dan kami sebanarnya ingin menampilkannya sekali lagi untuk menghilangkan kekecewaan ibu, namun kami tidak memiliki kesempatan kedua tersebut.

Beberapa hari kemudian kami melakukan kunjungan ke SMPN 30 Medan, dimana sebelumnya kami telah mencari-cari sekolah yang mengizinkan kelompok untuk melakukan wawancara kepada tenaga BK sekolah. Sebenarnya pada hari di saat kami akan melakukan wawancara hujan deras dan sangat pas digunakan untuk beristirahat, alias tidur (he he he). Namun saya teringat komitmen kelompok bahwa kelompok harus menyelesaikan laporan secepat dan seoptimal mungkin. Jadi walau hujan menghadang, kami tetap melaksanakan wawncara kepada salah satu tenaga BK SMPN 30 Medan. Setelah pulang dari sekolah tersebut, kelompok langsung mengadakan diskusi. Diskusi dilakukan selama kurang lebih 4 hari berturut-turut hingga laporan selesai.

Pada hari Selasa, 10 Januari 2012 laporan kunjungan pun dipertanggungjawabkan. Ibu memanggil satu per satu kelompok. Dan tiba giliran kelompok kami dipanggil oleh ibu, ada beberapa pertanyaan yang diajukan oleh ibu, dan ada beberapa kalimat yang disampaikan oleh ibu yang membuat saya dan kelompok senang dan termotivasi, salah satunya pada saat ibu mengatakan plus point buat kelompok karena telah melaporkan hasil kunjungan dengan sangat detil. Kelompok berharap, dengan pernyataan tersebut, kelompok mendapatkan nilai tambahan (he he he). Dan satu lagi, yang paling saya suka dari pernyataan ibu adalah pernyataan terakhir saat dilakukkannya diskusi antara ibu dengan kelompok kami, yaitu kami harus lebih memperhatikan hal-hal kecil. Saya suka dengan pernyataan tersebut, karena empat hari sebelumnya saya mengalami kegagalan yang dikarenakan hal yang sebenarnya sepele. Tapi saya yakin, kegagalan adalah awal dari keberhasilan!

Oh iya, selama perkuliahan mata kuliah bimbingan dan konseling sekolah terdapat penilaian individu, dimana setiap individu harus memiliki blog. Tadinya saya merasa males mengurus blog BK, karena awalnya saya mengira, blog tersebut hanya boleh diisi yang berkaitan dengan BK saja (kan bingung mau ngisi apa, masa teori, teori dan teori melulu), sehingga saya memiliki blog lain yang berisi cerita-cerita tentang selain bimbingan dan konseling sekolah. Tenyata dan ternyata, isi blog boleh apa saja, tidak harus yang terkait dengan BK. Blog saya yang tadinya hanya berisi tentang BK saja, sekarang sudah berisi apa saja, kapan pun pada saat saya buka laptop, sekarang saya selalu menyempatkan mengisi blog BK.

Ujian BK secara online. Seandainya semua mata kuliah melaksanakan ujian secara online, pasti semua mahasiswa psikologi USU ga banyak yang ngeluh karena stres. He he he

Hal yang sangat terkesan bagi saya selama mengikuti perkuliahan bimbingan dan konseling sekolah adalah ujian secara online. Walaupun setiap hari selama ujian berlangsung saya harus membuka laptop dan online, tapi ini merupakan hal yang menyenangkan. Apalagi pada saat saya menjawab soal BK no. 1 saya harus ke warnet, padahal warnetnya sangat tidak nyaman, banyak orang yang merokok, bising, dan sempit. Hal tersebut dikarenakan pada saat itu, laptop saya sedang dalam proses perbaikan.

Pesan, semoga mata kuliah BK untuk semester selanjutnya berjalan lebih baik dari semester sekarang. Blog diharapkan tetap diadakan, karena ternyata banyak manfaat blog. Khusus buat ibu, saya dan teman-teman memohon maaf yang sedalam-dalamnya, jika selama ini kami melakukan kesalahan baik disengaja maupun tidak disengaja. Saya berharap ibu memaafkan kami. Maaf karena kami sering mengecewakan ibu. Maaf ya ibu kami sayang... ^_^

Selain itu, tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu karena ibu telah sabar mengajari kami banyak hal tentang bimbingan dan konseling sekolah dan hal-hal lainnya. Terima kasih ibu... ^_^

Buat teman-temanku sayang, semoga keluar dari mata kuliah bimbingan dan konseling sekolah kita dapat memanfaatkan teori-teori konseling yang kita pelajari dan dapat kita terapkan di kehidupan sehari-hari. SEMANGAT!

Satu lagi, semoga semua dari kita mendapatkan nilai yang nyata yang sangat memuaskan dan mendapatkan nilai-nilai kehidupan yang bermakna selama mengikuti perkuliahan bimbingan dan konseling sekolah. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar