1.Apa yang dapat anda jelaskan sehubungan dengan leadership. Adakah yang dapat anda jelaskan berkaitan dengan proses pelaksanaan hingga pelaporan tugas observasi kelompok anda?
Ibu, maaf bu saya baru menjawab pertanyaan ibu di blog saya. Hal tersebut dikarenakan laptop saya bervirus dan sedang dalam perbaikan. Yang saya ketahui tentang kepemimpinan adalah kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok. Dalam sebuah organisasi atau sebuah kelompok, diperlukan pemimpin dengan sifat kepemimpinannya, sehingga tujuan organisasi atau kelompok tercapai. Tanpa pemimpin, suatu organisasi atau kelompok tidak akan dapat mencapai tujuannya. Hal itu dikarenakan tidak ada yang memimpin dan mengarahkan organisasi atau kelompok untuk mencapai tujuan. Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas. Contoh-contoh seorang pemimpin, seperti Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya. Mereka disebut sebagai pemimpin karena mereka memiliki sifat-sifat seorang pemimpin dan mereka manfaatkan sifat-sifat tersebut untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Contoh lain dari seorang pemimpin adalah gubernur PEMA Psikologi. Gubernur harus mampu memimpin dan mengarahkan anggotanya agar progja PEMA dapat terlaksana dengan baik. Menurut Lewin (2002), terdapat tiga gaya kepemimpinan, yaitu: gaya kepemimpinan autokratis, gaya kepemimpinan demokratis, gaya kepemimpinan Laissez-Faire (Kendali Bebas). 1. Gaya Kepemimpinan Autokratis Menurut Rivai (2003), kepemimpinan autokratis adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam organisasi. Robbins dan Coulter (2002) menyatakan gaya kepemimpinan autokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung memusatkan kekuasaan kepada dirinya sendiri, mendikte bagaimana tugas harus diselesaikan, membuat keputusan secara sepihak, dan meminimalisasi partisipasi karyawan.
2. Gaya kepemimpinan Demokratis / Partisipatif Kepemimpinan demokratis ditandai dengan adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri (Rivai, 2006). Menurut Robbins dan Coulter (2002), gaya kepemimpinan demokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung mengikutsertakan karyawan dalam pengambilan keputusan, mendelegasikan kekuasaan, mendorong partisipasi karyawan dalam menentukan bagaimana metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai, dan memandang umpan balik sebagai suatu kesempatan untuk melatih karyawan. Jerris (1999) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang menghargai kemampuan karyawan untuk mendistribusikan knowledge dan kreativitas untuk meningkatkan servis, mengembangkan usaha, dan menghasilkan banyak keuntungan dapat menjadi motivator bagi karyawan dalam bekerja.
3. Gaya Kepemimpinan Laissez-faire (Kendali Bebas) Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara keseluruhan memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam pembuatan keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut karyawannya paling sesuai (Robbins dan Coulter, 2002). Menurut saya, dari ketiga gaya kepemimpinan yang telah saya uraikan di atas, gaya kepemimpinan yang lebih baik adalah gaya kepemimpinan demokratis. Karena gaya kepemimpinan demokratis, selain mengikutsertakan karyawan dalam mengambil keputusan, gaya kepemimpinan ini juga mendeskripsikan bahwa pemimpin kelompok ini merupakan orang yang bertanggung jawab. Sedangkan Gubernur PEMA menurut saya sudah cukup demokratis dalam menjalankan kepemimpinannya. Ia bertanggungjawab dan juga mempertimbangkan pendapat anggotanya. Sekian dari saya untuk menjawab pertanyaan dari Ibu mengenai leadership.
Jawaban dari pertanyaan kedua. Kunjungan di SMPN 30 diawali dari roses permohonan izin ke SMA Negeri 2 Medan. Permohonan kunjungan dan interview ditolak oleh pihak SMAN 2. Hal tersebut mengakibatkan kami harus mencari sekolah yang mengizinkan kami, kelompok V untuk melakukan interview kepada BK sekolah. Pada akhirnya kami menemukan sekolah yang mengizinkan kami untuk melakukan interview kepada BK sekolah, dan kebetulan sekolah tersebut memiliki 3 tenaga BK. Namun kami hanya berkesempatan untuk melakukan interview kepada 1 orang BK. Interview yang kami lakukan di ruangan yang tidak kondusif, yaitu di kantor guru. Kantor tersebut penuh dengan guru dan terdapat beberapa siswa, sehingga tempat kami melakukan interview kurang nyaman. Selain itu, cuaca sedang tiodak bersahabat, hujan lebat. Setelah kami memperoleh data dari BK sekolah tersebut, kami berdiskusi untuk mengerjakan laporan kunjungan tersebut. Laporan kunjungan tersebut terdiri dari lima bab. Cara kami menyelesaikan laporan tersebut, kami membagi 1 bab untuk 1 orang. Sisa 1 bab kami kerjakan bersama, yaitu bab yang berisi tentang pengamatan, yaitu BAB IV. Tiap bab yang telah kami kerjakan masing-masing, kami satukan lalu kami mendiskusikan kembali agar menghasilkan laporan yang sesuai dengan permintaan IBU, namun kami lupa atau tidak memperhatikan tata tulis yang baik dan benar. Selasa, 10 Januari 2012 tiap kelompok dipanggil oleh Ibu Filia Dina selaku dosen pengampuh MK. BK. Ibu bertanya seputar kunjungan yang kami lakukan. Dan pada akhir pertanyaan ibu, ibu memberikan pertanyaan apakah ini merupakan proses konseling, dan kelompok mengatakan iya ini merupakan proses konseling, karena bertujuan merubah pikiran kami yang tadinya kami tidak memperhatikan tata tulis menjadi kami berfikir tentang itu. Dan kami menyimpulkan bahwa kami harus memperhatikan hal-hal yang mungkin kami anggap merupakan hal kecil. HEHE ^_^ Sekian jawaban dari saya, jika ada salah kata, mohon ibu maafkan.Hhihiihih ^_^
2. Lalu sekarang uraikan dengan detail ; saat diskusi dosen dengan kelompok anda, teori konseling manakah yang dapat digunakan untuk menjelaskan prosesnya? Berikan alasannya juga.
Terima kasih ibu atas pertanyaan yang telah ibu ajukan, dan saya akan mencoba mengingat kembali proses bimbingan yang telah dilakukan serta menjawabnya dengan baik.
Awalnya kami merasa deg-degan, tapi setelah ibu mengatakan "tegang sekali kalian, rilex saja". Kamipun rilex dalam proses diskusi yang dilakukan pada Selasa, 10 Januari 2012 dan berlangsung kurang lebih 10 menit. Saat diskusi dengan dosen, kelompok saya diajukan beberapa pertanyaan seputar hasil laporan kunjungan.
Pertama, tugas laporan kunjungan kelompok anda mendapat nilai berapa? Kelompok menjawab, kami mendapat 70.
Menurut kelompok, bagaimana dengan nilai laporan yang kelompok dapat? Jawaban dari kelompok adalah kami sudah berusaha mengerjakannya bu, tapi mungkin belum maksimal makanya kami hanya dapat nilai 70.
Ada berapa kelompok yang mendapatkan nilai 70? Kami menjawab, kalau tidak salah ada 2 kelompok bu, yaitu kelompok 4 dan 5.
Menurut kelompok, apakah nilai 70 sudah sesuai? Jika tidak, jelaskan! Jawaban dari kelompok kami, (hem,,,) menurut kami, kami sudah menjabarkan seluruh hasil pengamatan kami dan kami juga sudah menjabarkan secara detil teori yang kami gunakan untuk membahas hasil pengamatan kami di dalam bab pembahasan. Dan kami juga menunjukkan salah satu contoh bahwa kami memang benar-benar mengaitkan teori dengan hasil pengamatan/interview kepada BK SMPN 30. Contoh yang kami tunjukan adalah bahwa terdapat alat-alat non tes yang digunakan oleh tenaga BK sekolah SMPN 30 dalam mengumpulkan data siswa, yaitu dengan kunjungan rumah. Hasil pengamatan tersebut terdapat kaitannya dengan teori yang dikemukakan oleh Winkel (2010) bahwa kunjungan rumah bertujuan lebih mengenal lingkungan hidup siswa sehari-hari, bila informasi yang dibutuhkan tidak dapat diperoleh melalui angket atau wawancara informasi. BK SMPN 30 melakukan kunjungan rumah dengan tujuan agar BK sekolah mendapatkan informasi yang lengkap mengenai siswa.
Bagaimana cara kelompok menyelesaikan tugas laporan ini? Kami menjawab, kami membaginya tiap bab dikerjakan oleh satu orang lalu mendiskusikan kembali serta sama-sama menyelesaikannya 1 bab lagi dengan cara berdiskusi.
Menurut kelompok, apakah kelompok tahu mengapa kelompok hanya mendapatkan nilai 70? Kelompok menjawab, mungkin karena kami tidak ada melampirkan dokumentasi (foto-foto), atau penjabaran kurang detil, atau juga tidak memperhatikan tata tulis dengan baik dan benar.
Ibu juga mengatakan bahwa "plus point untuk kelompok, karena sebenarnya kelompok sudah melaporkan hasil kunjungan dengan sangat detil, namun belum memperhatikan tata tulis dengan baik, sehingga kalau saya membacanya, kurang terlihat bahwa terdapat kaitan antara pengamatan dengan teori yang kelompok gunakan. Hal itu yang menyebabkan kelompok mendapatkan nilai yang lebih rendah dari kelompok lain yang tidak sedetil kelompok uraikan di dalam laporan."
Menurut kami, ibu benar, kami kurang memperhatikan tata tulis, sehingga kami berfikir untuk laporan selanjutnya kami akan lebih memperhatikan tata tulis agar mudah dipahami. ^_^
Selain mengenai laporan, kami juga diajukan pertanyaan mengenai hasil penilaian UTS dan blog. Kami yang terdiri dari 4 orang 1 kelompok, yaitu kelompok 5 mendapatkan nilai yang berbeda-beda.
Kemudian ibu juga bertanya, apakah proses ini merupakan proses konseling dan menggunakan teori apa? Jelaskan! Lalu kami menjawab, iya ini merupakan proses konseling. Kesimpulan dari jawaban kelompok adalah konseling ini menggunakan 3 teori konseling, yaitu behavior therapy, cognitive therapy, dan client centered. Karena dalam proses diskusi yang dilakukan berpusat pada kelompok, dan diskusi tersebut dapat merubah perilaku kami yang tadinya kami merasa tegang dan ga rilex menjadi lebih nyantai dan rilex, serta merubah pikiran kami mengenai tata tulis dalam penulisan laporan dan sebagainya.
Di penghujung diskusi, ibu menyampaikan beberapa hal, salah satunya adalah kelompok harus lebih memperhatikan hal-hal yang kecil.
Ini lanjutannya bu, sebab tidak cukup 1 kali publikasi, kepanjangan. ^_^
Menurut saya, proses diskusi yang dilakukan pada hari Selasa, 10 Januari 2012 merupakan proses konseling. Menurut Winkel (2010) konseling adalah suatu proses interaksi yang membantu pemahaman diri dan lingkungan dengan penuh berarti, dan menghasilkan pembentukan dan atau penjelasan tujuan-tujuan dan nilai-nilai perilaku di masa mendatang. Diskusi tersebut merupakan interaksi antara dosen dan kelompok yang bertujuan menghasilkan tujuan dan nilai perilaku dalam penulisan laporan agar lebih baik.
Terdapat beberapa teori konseling yang digunakan dalam proses diskusi yang telah dilakukan. Menurut Winkel (2010), teori konseling adalah suatu konseptualisasi atau kerangka acuan berfikir tentang bagaimana proses konseling berlangsung. Adapun teori-teori yang dapat menjelaskan proses tersebut, antara lain: client centered counseling, konseling behavioristik, pendekatan afektif, dan pendekatan kognitif.
Client centered counseling merupakan corak konseling yang menekankan peranan konseli dalam proses konseling (Winkel, 2010). Menurut saya, diskusi yang talah dilakukan menggunakan teori client centerd counseling karena pada proses diskusi yang telah dilakukan tersebut berpusat pada kelompok.
Konseling behavioristik adalah konseling yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan yang nyata dalam perilaku konseli (Winkel, 2010). Diskusi yang telah dilakukan tersebut menghasilkan perubahan perilaku kelompok yang awalnya merasa tegang, deg-degan, ataupun takut menjadi lebih rileks.
Pendekatan afekitf adalah pendekatan yang berusaha membantu individu untuk mengatasi ketegangan psikis yang bersumber pada rasa cemas dan rasa terancam yang berlebihan (Winkel, 2010). Diskusi yang dilakukan berhasil mengatasi ketegangan yang awalnya kami rasakan. Hehe
Pendekatan kognitif adalah pendekatan konseling yang bertujuan untuk merubah pola fikir konseli (Winkel, 2010). Proses diskusi tersebut diharapkan dapat merubah cognitif kelompok dalam hal tata tulis dalam menulis laporan. Kelompok yang tadinya tidak memperhatikan hal tersebut, menjadi berfikir untuk lebih memperhatikannya tata tulis laporan atau tugas-tugas selanjutnya.
Winkel & Hastuti. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Sekian atas jawaban dari pertanyaan yang ibu ajaukan, jika terdapat kesalahan saya mohon maaf ^_^ dan saya ucapkan terima kasih ibu. ^_^
3. Sekarang, anggaplah diri anda seorang konselor pendidikan tinggi. Lepaskan atribut anda sebagai anggota kelompok. Apakah yang anda lakukan pada kelompok anda? (gunakan minimal 2 pembahasan teori).
Terima kasih sekali lagi atas pertanyaan ketiga yang telah ibu ajukan. Walaupun saya belum pernah menghadapi posisi sebagai konselor yang sebenarnya, tapi saya akan berusaha menjawab pertanyaan ibu dengan baik. ^_^
Jika saya merupakan seorang konselor di institusi pendidikan tinggi saya akan melakukan sama dengan yang ibu lakukan kepada setiap kelompok, yaitu saya akan melakukan konseling kelompok kepada setiap kelompok yang ada termasuk kepada kelompok 5 yang pada kenyataannya merupakan kelompok saya.
Konseling kelompok merupakan bentuk khusus dari layanan konseling, yaitu wawancara konseling antara konselor profesional dengan beberapa orang sekaligus yang tergabung dalam suatu kelompok kecil. Konseling kelompok sebenarnya tidak terbatas pada lingkungan pendidikan sekolah, tetapi di Indonesia untuk sementara waktu masuk terikat pada pelayanan bimbingan di institusi pendidikan dan ini pun hanya di jenjang pendidikan menengah dan perguruan tinggi (Winkel & Hastuti, 2010). Saya yang merupakan konselor profesional akan melakukan wawancara kepada setiap kelompok yang ada di insitusi pendidikan tinggi tersebut. Tujuan saya melakukan wawancara agar saya dapat membantu atau mengarahkan konseli untuk lebih mengetahui dan lebih memahami dirinya dan lingkungan sekitarnya. Hal tersebut terkait dengan salah satu tujuan dari konseling kelompok adalah agar konseli (tiap orang di dalam kelompok)lebih memahami dirinya sendiri dan lebih mampu mengatur kehidupannya sendiri (Winkel, 2010).
Konseling kelompok adalah suatu proses antarpribadi yang dinamis, yang berpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari. Para konseli dapat memanfaatkan suasana komunikasi antarpribadi dalam kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap nilai-nilai kehidupan dan segala tujuan hidup, serta untuk belajar dan/atau menghilangkan suatu sikap dan perilaku tertentu (Winkel & Hastuti, 2010). Ketika para konseli saya menunjukkan sikap dan perilaku yang tidak nyaman, saya akan melakukan konseling yang dinamis yang bertujuan untuk menghilangkan sikap dan perilaku ketidaknyamanan yang ditunjukkan oleh para konseli saya.
Dalam konseling kelompok diperlukan struktur organisasi kelompok konseling yang bersifat informal. Interaksi dan komunikasi antara seluruh anggota kelompok sangat berperan dalam konseling kelompok. Bentuk kepemimpinan merupakan faktor penting dalam konseling kelompok. Kepemimpinan tidak hanya dipikul oleh konselor, melainkan oleh semua anggota kelompok (Winkel, 2010). Saya akan meminta kepada seluruh anggota kelompok untuk berperan dalam proses konseling dengan cara membentuk interaksi dan komunikasi 2 arah yang melibatkan semua anggota kelompok agar tiap anggota dalam kelompok dapat saling memahami.
Terdapat beberapa teori konseling yang digunakan dalam proses diskusi yang telah dilakukan. Menurut Winkel (2010), teori konseling adalah suatu konseptualisasi atau kerangka acuan berfikir tentang bagaimana proses konseling berlangsung. Adapun teori-teori yang akan saya gunakan dalam melakukan proses konseling kepada kelompok 5, antara lain: client centered counseling, konseling behavioristik, pendekatan afektif, dan pendekatan kognitif.
Client centered counseling merupakan corak konseling yang menekankan peranan konseli dalam proses konseling (Winkel, 2010). Saya akan menggunakan teori client centerd counseling karena pada proses konseling yang akan saya lakukan saya berharap kelompok berperan aktif dalam proses konseling.
Konseling behavioristik adalah konseling yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan yang nyata dalam perilaku konseli (Winkel, 2010). Seperti yang telah saya uraikan sebelumnya, konseling yang akan saya lakukan diharapkan dapat merubah perilaku para konseli saya agar lebih baik.
Pendekatan afekitf adalah pendekatan yang berusaha membantu individu untuk mengatasi ketegangan psikis yang bersumber pada rasa cemas dan rasa terancam yang berlebihan (Winkel, 2010). Merasakan perasaan konseli (berempati) merupakan sikap yang harus dimiliki oleh konselor, agar konseli merasakan kesamaan dirinya dengan konselor sehingga konseli/kelompok dapat mengurangi atau bahkan mengatasi perasaan cemas. Dan saya akan berusaha menjadi seorang konselor yang memiliki sifat dan sikap empati.
Winkel & Hastuti. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Sekian atas jawaban dari pertanyaan yang ibu ajaukan, jika terdapat kesalahan saya mohon maaf ^_^ dan saya ucapkan terima kasih ibu. ^_^
1.Apa yang dapat anda jelaskan sehubungan dengan leadership. Adakah yang dapat anda jelaskan berkaitan dengan proses pelaksanaan hingga pelaporan tugas observasi kelompok anda?
BalasHapusIbu, maaf bu saya baru menjawab pertanyaan ibu di blog saya. Hal tersebut dikarenakan laptop saya bervirus dan sedang dalam perbaikan.
BalasHapusYang saya ketahui tentang kepemimpinan adalah kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok. Dalam sebuah organisasi atau sebuah kelompok, diperlukan pemimpin dengan sifat kepemimpinannya, sehingga tujuan organisasi atau kelompok tercapai. Tanpa pemimpin, suatu organisasi atau kelompok tidak akan dapat mencapai tujuannya. Hal itu dikarenakan tidak ada yang memimpin dan mengarahkan organisasi atau kelompok untuk mencapai tujuan.
Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas. Contoh-contoh seorang pemimpin, seperti Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya. Mereka disebut sebagai pemimpin karena mereka memiliki sifat-sifat seorang pemimpin dan mereka manfaatkan sifat-sifat tersebut untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Contoh lain dari seorang pemimpin adalah gubernur PEMA Psikologi. Gubernur harus mampu memimpin dan mengarahkan anggotanya agar progja PEMA dapat terlaksana dengan baik.
Menurut Lewin (2002), terdapat tiga gaya kepemimpinan, yaitu: gaya kepemimpinan autokratis, gaya kepemimpinan demokratis, gaya kepemimpinan Laissez-Faire (Kendali Bebas).
1. Gaya Kepemimpinan Autokratis
Menurut Rivai (2003), kepemimpinan autokratis adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam organisasi. Robbins dan Coulter (2002) menyatakan gaya kepemimpinan autokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung memusatkan kekuasaan kepada dirinya sendiri, mendikte bagaimana tugas harus diselesaikan, membuat keputusan secara sepihak, dan meminimalisasi partisipasi karyawan.
2. Gaya kepemimpinan Demokratis / Partisipatif
Kepemimpinan demokratis ditandai dengan adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri (Rivai, 2006). Menurut Robbins dan Coulter (2002), gaya kepemimpinan demokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung mengikutsertakan karyawan dalam pengambilan keputusan, mendelegasikan kekuasaan, mendorong partisipasi karyawan dalam menentukan bagaimana metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai, dan memandang umpan balik sebagai suatu kesempatan untuk melatih karyawan. Jerris (1999) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang menghargai kemampuan karyawan untuk mendistribusikan knowledge dan kreativitas untuk meningkatkan servis, mengembangkan usaha, dan menghasilkan banyak keuntungan dapat menjadi motivator bagi karyawan dalam bekerja.
3. Gaya Kepemimpinan Laissez-faire (Kendali Bebas)
Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara keseluruhan memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam pembuatan keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut karyawannya paling sesuai (Robbins dan Coulter, 2002).
Menurut saya, dari ketiga gaya kepemimpinan yang telah saya uraikan di atas, gaya kepemimpinan yang lebih baik adalah gaya kepemimpinan demokratis. Karena gaya kepemimpinan demokratis, selain mengikutsertakan karyawan dalam mengambil keputusan, gaya kepemimpinan ini juga mendeskripsikan bahwa pemimpin kelompok ini merupakan orang yang bertanggung jawab. Sedangkan Gubernur PEMA menurut saya sudah cukup demokratis dalam menjalankan kepemimpinannya. Ia bertanggungjawab dan juga mempertimbangkan pendapat anggotanya. Sekian dari saya untuk menjawab pertanyaan dari Ibu mengenai leadership.
Jawaban dari pertanyaan kedua.
BalasHapusKunjungan di SMPN 30 diawali dari roses permohonan izin ke SMA Negeri 2 Medan. Permohonan kunjungan dan interview ditolak oleh pihak SMAN 2. Hal tersebut mengakibatkan kami harus mencari sekolah yang mengizinkan kami, kelompok V untuk melakukan interview kepada BK sekolah. Pada akhirnya kami menemukan sekolah yang mengizinkan kami untuk melakukan interview kepada BK sekolah, dan kebetulan sekolah tersebut memiliki 3 tenaga BK. Namun kami hanya berkesempatan untuk melakukan interview kepada 1 orang BK.
Interview yang kami lakukan di ruangan yang tidak kondusif, yaitu di kantor guru. Kantor tersebut penuh dengan guru dan terdapat beberapa siswa, sehingga tempat kami melakukan interview kurang nyaman. Selain itu, cuaca sedang tiodak bersahabat, hujan lebat.
Setelah kami memperoleh data dari BK sekolah tersebut, kami berdiskusi untuk mengerjakan laporan kunjungan tersebut. Laporan kunjungan tersebut terdiri dari lima bab. Cara kami menyelesaikan laporan tersebut, kami membagi 1 bab untuk 1 orang. Sisa 1 bab kami kerjakan bersama, yaitu bab yang berisi tentang pengamatan, yaitu BAB IV. Tiap bab yang telah kami kerjakan masing-masing, kami satukan lalu kami mendiskusikan kembali agar menghasilkan laporan yang sesuai dengan permintaan IBU, namun kami lupa atau tidak memperhatikan tata tulis yang baik dan benar.
Selasa, 10 Januari 2012 tiap kelompok dipanggil oleh Ibu Filia Dina selaku dosen pengampuh MK. BK. Ibu bertanya seputar kunjungan yang kami lakukan. Dan pada akhir pertanyaan ibu, ibu memberikan pertanyaan apakah ini merupakan proses konseling, dan kelompok mengatakan iya ini merupakan proses konseling, karena bertujuan merubah pikiran kami yang tadinya kami tidak memperhatikan tata tulis menjadi kami berfikir tentang itu. Dan kami menyimpulkan bahwa kami harus memperhatikan hal-hal yang mungkin kami anggap merupakan hal kecil. HEHE ^_^
Sekian jawaban dari saya, jika ada salah kata, mohon ibu maafkan.Hhihiihih ^_^
2. Lalu sekarang uraikan dengan detail ; saat diskusi dosen dengan kelompok anda, teori konseling manakah yang dapat digunakan untuk menjelaskan prosesnya? Berikan alasannya juga.
BalasHapusTerima kasih ibu atas pertanyaan yang telah ibu ajukan, dan saya akan mencoba mengingat kembali proses bimbingan yang telah dilakukan serta menjawabnya dengan baik.
BalasHapusAwalnya kami merasa deg-degan, tapi setelah ibu mengatakan "tegang sekali kalian, rilex saja". Kamipun rilex dalam proses diskusi yang dilakukan pada Selasa, 10 Januari 2012 dan berlangsung kurang lebih 10 menit. Saat diskusi dengan dosen, kelompok saya diajukan beberapa pertanyaan seputar hasil laporan kunjungan.
Pertama, tugas laporan kunjungan kelompok anda mendapat nilai berapa? Kelompok menjawab, kami mendapat 70.
Menurut kelompok, bagaimana dengan nilai laporan yang kelompok dapat? Jawaban dari kelompok adalah kami sudah berusaha mengerjakannya bu, tapi mungkin belum maksimal makanya kami hanya dapat nilai 70.
Ada berapa kelompok yang mendapatkan nilai 70? Kami menjawab, kalau tidak salah ada 2 kelompok bu, yaitu kelompok 4 dan 5.
Menurut kelompok, apakah nilai 70 sudah sesuai? Jika tidak, jelaskan! Jawaban dari kelompok kami, (hem,,,) menurut kami, kami sudah menjabarkan seluruh hasil pengamatan kami dan kami juga sudah menjabarkan secara detil teori yang kami gunakan untuk membahas hasil pengamatan kami di dalam bab pembahasan. Dan kami juga menunjukkan salah satu contoh bahwa kami memang benar-benar mengaitkan teori dengan hasil pengamatan/interview kepada BK SMPN 30. Contoh yang kami tunjukan adalah bahwa terdapat alat-alat non tes yang digunakan oleh tenaga BK sekolah SMPN 30 dalam mengumpulkan data siswa, yaitu dengan kunjungan rumah. Hasil pengamatan tersebut terdapat kaitannya dengan teori yang dikemukakan oleh Winkel (2010) bahwa kunjungan rumah bertujuan lebih mengenal lingkungan hidup siswa sehari-hari, bila informasi yang dibutuhkan tidak dapat diperoleh melalui angket atau wawancara informasi. BK SMPN 30 melakukan kunjungan rumah dengan tujuan agar BK sekolah mendapatkan informasi yang lengkap mengenai siswa.
Bagaimana cara kelompok menyelesaikan tugas laporan ini? Kami menjawab, kami membaginya tiap bab dikerjakan oleh satu orang lalu mendiskusikan kembali serta sama-sama menyelesaikannya 1 bab lagi dengan cara berdiskusi.
Menurut kelompok, apakah kelompok tahu mengapa kelompok hanya mendapatkan nilai 70? Kelompok menjawab, mungkin karena kami tidak ada melampirkan dokumentasi (foto-foto), atau penjabaran kurang detil, atau juga tidak memperhatikan tata tulis dengan baik dan benar.
Ibu juga mengatakan bahwa "plus point untuk kelompok, karena sebenarnya kelompok sudah melaporkan hasil kunjungan dengan sangat detil, namun belum memperhatikan tata tulis dengan baik, sehingga kalau saya membacanya, kurang terlihat bahwa terdapat kaitan antara pengamatan dengan teori yang kelompok gunakan. Hal itu yang menyebabkan kelompok mendapatkan nilai yang lebih rendah dari kelompok lain yang tidak sedetil kelompok uraikan di dalam laporan."
Menurut kami, ibu benar, kami kurang memperhatikan tata tulis, sehingga kami berfikir untuk laporan selanjutnya kami akan lebih memperhatikan tata tulis agar mudah dipahami. ^_^
Selain mengenai laporan, kami juga diajukan pertanyaan mengenai hasil penilaian UTS dan blog. Kami yang terdiri dari 4 orang 1 kelompok, yaitu kelompok 5 mendapatkan nilai yang berbeda-beda.
Kemudian ibu juga bertanya, apakah proses ini merupakan proses konseling dan menggunakan teori apa? Jelaskan! Lalu kami menjawab, iya ini merupakan proses konseling. Kesimpulan dari jawaban kelompok adalah konseling ini menggunakan 3 teori konseling, yaitu behavior therapy, cognitive therapy, dan client centered. Karena dalam proses diskusi yang dilakukan berpusat pada kelompok, dan diskusi tersebut dapat merubah perilaku kami yang tadinya kami merasa tegang dan ga rilex menjadi lebih nyantai dan rilex, serta merubah pikiran kami mengenai tata tulis dalam penulisan laporan dan sebagainya.
Di penghujung diskusi, ibu menyampaikan beberapa hal, salah satunya adalah kelompok harus lebih memperhatikan hal-hal yang kecil.
Ini lanjutannya bu, sebab tidak cukup 1 kali publikasi, kepanjangan. ^_^
BalasHapusMenurut saya, proses diskusi yang dilakukan pada hari Selasa, 10 Januari 2012 merupakan proses konseling. Menurut Winkel (2010) konseling adalah suatu proses interaksi yang membantu pemahaman diri dan lingkungan dengan penuh berarti, dan menghasilkan pembentukan dan atau penjelasan tujuan-tujuan dan nilai-nilai perilaku di masa mendatang. Diskusi tersebut merupakan interaksi antara dosen dan kelompok yang bertujuan menghasilkan tujuan dan nilai perilaku dalam penulisan laporan agar lebih baik.
Terdapat beberapa teori konseling yang digunakan dalam proses diskusi yang telah dilakukan. Menurut Winkel (2010), teori konseling adalah suatu konseptualisasi atau kerangka acuan berfikir tentang bagaimana proses konseling berlangsung. Adapun teori-teori yang dapat menjelaskan proses tersebut, antara lain: client centered counseling, konseling behavioristik, pendekatan afektif, dan pendekatan kognitif.
Client centered counseling merupakan corak konseling yang menekankan peranan konseli dalam proses konseling (Winkel, 2010). Menurut saya, diskusi yang talah dilakukan menggunakan teori client centerd counseling karena pada proses diskusi yang telah dilakukan tersebut berpusat pada kelompok.
Konseling behavioristik adalah konseling yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan yang nyata dalam perilaku konseli (Winkel, 2010). Diskusi yang telah dilakukan tersebut menghasilkan perubahan perilaku kelompok yang awalnya merasa tegang, deg-degan, ataupun takut menjadi lebih rileks.
Pendekatan afekitf adalah pendekatan yang berusaha membantu individu untuk mengatasi ketegangan psikis yang bersumber pada rasa cemas dan rasa terancam yang berlebihan (Winkel, 2010). Diskusi yang dilakukan berhasil mengatasi ketegangan yang awalnya kami rasakan. Hehe
Pendekatan kognitif adalah pendekatan konseling yang bertujuan untuk merubah pola fikir konseli (Winkel, 2010). Proses diskusi tersebut diharapkan dapat merubah cognitif kelompok dalam hal tata tulis dalam menulis laporan. Kelompok yang tadinya tidak memperhatikan hal tersebut, menjadi berfikir untuk lebih memperhatikannya tata tulis laporan atau tugas-tugas selanjutnya.
Winkel & Hastuti. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Sekian atas jawaban dari pertanyaan yang ibu ajaukan, jika terdapat kesalahan saya mohon maaf ^_^ dan saya ucapkan terima kasih ibu. ^_^
3. Sekarang, anggaplah diri anda seorang konselor pendidikan tinggi. Lepaskan atribut anda sebagai anggota kelompok. Apakah yang anda lakukan pada kelompok anda? (gunakan minimal 2 pembahasan teori).
BalasHapusTerima kasih sekali lagi atas pertanyaan ketiga yang telah ibu ajukan. Walaupun saya belum pernah menghadapi posisi sebagai konselor yang sebenarnya, tapi saya akan berusaha menjawab pertanyaan ibu dengan baik. ^_^
BalasHapusJika saya merupakan seorang konselor di institusi pendidikan tinggi saya akan melakukan sama dengan yang ibu lakukan kepada setiap kelompok, yaitu saya akan melakukan konseling kelompok kepada setiap kelompok yang ada termasuk kepada kelompok 5 yang pada kenyataannya merupakan kelompok saya.
Konseling kelompok merupakan bentuk khusus dari layanan konseling, yaitu wawancara konseling antara konselor profesional dengan beberapa orang sekaligus yang tergabung dalam suatu kelompok kecil. Konseling kelompok sebenarnya tidak terbatas pada lingkungan pendidikan sekolah, tetapi di Indonesia untuk sementara waktu masuk terikat pada pelayanan bimbingan di institusi pendidikan dan ini pun hanya di jenjang pendidikan menengah dan perguruan tinggi (Winkel & Hastuti, 2010). Saya yang merupakan konselor profesional akan melakukan wawancara kepada setiap kelompok yang ada di insitusi pendidikan tinggi tersebut. Tujuan saya melakukan wawancara agar saya dapat membantu atau mengarahkan konseli untuk lebih mengetahui dan lebih memahami dirinya dan lingkungan sekitarnya. Hal tersebut terkait dengan salah satu tujuan dari konseling kelompok adalah agar konseli (tiap orang di dalam kelompok)lebih memahami dirinya sendiri dan lebih mampu mengatur kehidupannya sendiri (Winkel, 2010).
Konseling kelompok adalah suatu proses antarpribadi yang dinamis, yang berpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari. Para konseli dapat memanfaatkan suasana komunikasi antarpribadi dalam kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap nilai-nilai kehidupan dan segala tujuan hidup, serta untuk belajar dan/atau menghilangkan suatu sikap dan perilaku tertentu (Winkel & Hastuti, 2010). Ketika para konseli saya menunjukkan sikap dan perilaku yang tidak nyaman, saya akan melakukan konseling yang dinamis yang bertujuan untuk menghilangkan sikap dan perilaku ketidaknyamanan yang ditunjukkan oleh para konseli saya.
Dalam konseling kelompok diperlukan struktur organisasi kelompok konseling yang bersifat informal. Interaksi dan komunikasi antara seluruh anggota kelompok sangat berperan dalam konseling kelompok. Bentuk kepemimpinan merupakan faktor penting dalam konseling kelompok. Kepemimpinan tidak hanya dipikul oleh konselor, melainkan oleh semua anggota kelompok (Winkel, 2010). Saya akan meminta kepada seluruh anggota kelompok untuk berperan dalam proses konseling dengan cara membentuk interaksi dan komunikasi 2 arah yang melibatkan semua anggota kelompok agar tiap anggota dalam kelompok dapat saling memahami.
--Bersambung--
Terdapat beberapa teori konseling yang digunakan dalam proses diskusi yang telah dilakukan. Menurut Winkel (2010), teori konseling adalah suatu konseptualisasi atau kerangka acuan berfikir tentang bagaimana proses konseling berlangsung. Adapun teori-teori yang akan saya gunakan dalam melakukan proses konseling kepada kelompok 5, antara lain: client centered counseling, konseling behavioristik, pendekatan afektif, dan pendekatan kognitif.
BalasHapusClient centered counseling merupakan corak konseling yang menekankan peranan konseli dalam proses konseling (Winkel, 2010). Saya akan menggunakan teori client centerd counseling karena pada proses konseling yang akan saya lakukan saya berharap kelompok berperan aktif dalam proses konseling.
Konseling behavioristik adalah konseling yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan yang nyata dalam perilaku konseli (Winkel, 2010). Seperti yang telah saya uraikan sebelumnya, konseling yang akan saya lakukan diharapkan dapat merubah perilaku para konseli saya agar lebih baik.
Pendekatan afekitf adalah pendekatan yang berusaha membantu individu untuk mengatasi ketegangan psikis yang bersumber pada rasa cemas dan rasa terancam yang berlebihan (Winkel, 2010). Merasakan perasaan konseli (berempati) merupakan sikap yang harus dimiliki oleh konselor, agar konseli merasakan kesamaan dirinya dengan konselor sehingga konseli/kelompok dapat mengurangi atau bahkan mengatasi perasaan cemas. Dan saya akan berusaha menjadi seorang konselor yang memiliki sifat dan sikap empati.
Winkel & Hastuti. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Sekian atas jawaban dari pertanyaan yang ibu ajaukan, jika terdapat kesalahan saya mohon maaf ^_^ dan saya ucapkan terima kasih ibu. ^_^
Nilai 75
BalasHapusTerima kasih ibu atas nilai yang ibu berikan ^_^
BalasHapus